Senin, 07 September 2015

ISLAM, AJARAN AL-QUR’AN DAN PEMBERANGTASAN KORUPSI


Sumber: antaranews.com

Islam adalah agama pembesan dan pencerahan. Oleh karena itu, kita wajib selalu bersyukur bahwa detik ini kita masih menjadi Mukmin. Mengapa? Karena Islam sebagai agama penyempurna atas semua agama yang ada, mengandung ajaran yang menempatkan manusia, keadilan sosial dan kemakmuran dalam posisi yang sentral. Islam adalah agama yang mengajarkan prinsip kesimbangan. Yaitu, keseimbangan kewajiban pemenuhan kebutuhan manusia akan: kebutuhan duniawi-ukhrawi (hablumminnas dan hablumminallah) keseimbangan batiniyah (spiritual) lahiriyah (material) keseimbangan individual- sosial kemasyarakatan (ekonomi, hukum, politik, demokrasi, hak asasi manusia, kewajiban asasi manusia, pendidikan, kebudayaan, kesehatan, kepemimpinan, empati, advokasi sosial).
Islam memberi perhatian serius pentingnya akhlaq. Yaitu kriteria dan kualitas hubungan manusia dan Allah swt, dengan kitab suci, dengan orang tua, keluarga, tetangga dekat-jauh, dengan sesama umat dan antarumat serta manusia universal lintas agama, lintas etnis, bangsa dan bahkan lintas budaya (multikultural). Islam juga menetapkan patokan (kriteria) akhklaq dalam mempelajari dan mengamalkan ilmu pengetahuan, pendidikan, ekonomi, politik, lingkungan dan akhlaq demokrasi.
Begitulah Islam agama yang lengkap, rinci, serba cakup (konprehensif) dan universal. Maka pantaslah jika kita diperintahkan oleh Allah swt untuk masuk kedalam Islam (meyakini, memahami dengan nalar yang sehat dan mengamalkan) secara utuh dan menyeluruh sebagaimana firman Allah QS.Al-Baqarah:208, “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara utuh, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaithan. Sesungguhnya syaithan itu musuh yang nyata bagimu.”
Marilah kita sejenak merenungi betapa mulia dan sempurnanya ajaran Islam yang menjunjung tinggi harkat martabat kemanusiaan, mengajarkan berkurban ternak sebagai pendidikan jiwa solidaritas dan keadilan sosial dan melrang pencurian (korupsi) serta perbuatan rusak lainnya. Dalam suasana Hari Raya Idul Qurban tahun ini, marilah kita sekaligus bagaiman situasi bangsa dan masyarakat dewasa ini untuk kemudian menentukan sikap dan langkah konkrit “apa” yang harus kita perbuat sebagai umat Islam bagian terbesar dari bangsa yang beragama ini.
Kita paham dan sadar, bahwa unsur penting agama adalah mengamalkan semua ajaran dengan amalan yang konkrit dan jelas yang dapat dirasakan manfaatnya oleh rakyat dan bangsa Indonesia. Karena umat Islam adalah merupakan “kekuatan perubahan” bagi zamannya. Kita adalah umat pembentuk dan penentu sejarah masa depan Indonesia yang berakdilan sosial, yang bebas dari korupsi sebagai bentuk penjarahan keuangan negara yang hakikatnya adalah anugerah Allah dan menjadi hak rakyat itu.
Kita bukan umat yang terus-menerus dikendalikan dan ditentukan nasibnya oleh pihak lain, termasuk sebagian penguasa dan melanggar dan mengkhianati amanah, penipu, dan penjarah harta rakyat. Rasulullah saw mengajarkan kepada kita semua bahwa, “pejabat dan penguasa yang baik dan benar adalah memiliki sifat jujur(siddiq), cerdas (fathanah), dapat dipercaya (amanah), dan berani mengemukakan kebenaran (tabligh), bukan pejabat yang mengidap krisi akhlaq dan tuna kepemimpinan. Pejabat negara dan pemerintah bukanlah alat ATM untuk parpol, keluarga dan kroninya, melainkan pengemban dan pelayan pemenuhan hak-hak rakyat. ”
Kita adalah umat yang memiliki keunggulan dan misi untuk memperbaiki kualitas bangsa sebagaiman ayat berikut: Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.(QS.At-Tiin). “Dan sesungguhnya Kami telah muliakan anak-anak Adam, Kami angkat mereka di daratan dan di lautan. Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah kami ciptakan.”(QS.Al-Isra’:70). “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah mereka lebih baik bagi mereka dan kebanyak mereka adalah orang-orang yang fasiq.”(QS. Ali Imran:110).
Dari ayat-ayat di atas, cukup jelas apa fungsi dan tugas kita sebagai Muslim-Muslimat berkaitan dengan kondisi diri kita maupun bangsa kita. Sebagai pribadi, kita berkepentingan dan berkewajiban untuk berhati-hati dengan diri kita, juga dalam hubungan baik (akhlaq) kita dengan Allah Sang Pencipta. Kita jaga tertib dan disiplin shalat dan tadarus keluarga kita. Kita bangun keluarga dengan harta yang halal dan thayyib (baik) melalui kerja keras penuh kejujuran. Kita hindari sejauh mungkin harta haram yang panas hasil korupsi (penjarahan uang negara=hak rakyat). Masuk ke rumah kita. Tidaklah harta haram itu membawa barokah, melainkan menjadi racun yang mencemari dan merusak kualitas seisi rumah kita.
Demi waktu bangsaini akan menuai kebangkrutan total yang sudah di depan mata bilamana kita semakin menjauh dari pengamalan ajaran agama dan mendiamkan kemungkaran politik. Demi waktu, kekayaan alam yang sangat besar berupa tambang emas, uranium, mineral, batu bara, pasir besi, gas dan kekayaan laut yang semakin ludes dijarah oleh kapitalis nasional dan internasional. Mereka menguras, merusak dan memperkosa harta rakyat melalui kekuasaan politik. Pada sisi yang lain kita semakin prihatin dengan semakin maraknya pusat-pusat perbelanjaan besar di berbagai kota yang selain menimbulkan budaya konsumtif dan konsumerisme juga berakibat tergusurnya ekonomi rakyat melalaui pasar-pasar rakyat (pasar tradisional).
Pertanyaannya: Apa dan bagaimana sikap kita sebagai mukmin mengahdapi situasi bangsa yang sudah ada diujung kebangkrutan dan keruntuhan martabat ini? Jawabannya: kita kembali kepada agama, karena agama adalah nasehat. Saatnya kita kembali kepada jalan kebenaran (Islam) yang mendidik dan memandu kita untuk memperdalam dan mempertajam nurani dan akal budi kita. Dengan ibadah Qurban kita dididik untuk peka dan solider terhadap saudara kita yang fakir dan miskin.
Dua pertiga daging Qurban yang wajib dibagikan kepada mereka menunjukkan watak sosial dan solider ajaran Islam. Ajaran Qurban dalam Islam mendidik umat untuk tidak egois, tidak bakhil, melainkan mendidik kita menjadi Muslim-Muslimat yang memiliki sifat kepemimpinan yang peka dan peduli terhadap nasib sesama. Ajaran berqurban mengandung makna yang besar bgi kebutuhan hadirnya pemimpin bangsa dan negara yang cerdas dan tajam nurani, akhlaq, keilmuan dan kepemimpinannya.
Marilah kita bangkitkan kembali sikap optimisme, percara diri dan keyakinan akan keberhasilan jihad akbar kita menyelamatkan bangsa ini. Mari kita ajak secara proaktif dan sungguh-sungguh keluarga kita, semua elemen bangsa, antar umat beragama, antar suku, lintas profesi dan unsur madani untuk melakukan perubahan kualitas kehidupan berbangsa. Yaitu perubahan yang kelak menghadirkan sejumlah pemimpin yang sejak awal sudah teruji kualitas dan integritas kepemimpinannya. Bukan pemimpin karbitan yang dijagokan oleh cukong-cukong dan calo politik berkolaborasi dengan bromocorah. Saatnya bangsa ini dipimpin oleh yang memenuhi persyaratan utama yaitu: “Pemimpin yang teruji kejujuran, kesederhanaan, keberanian, kecerdasan keilmuan serta keslehan spiritual dan keshalihan sosialnya.”
Sebagai penutup, marilah kita lakukan perbaikan atas kondisi bangsa ini dengan cara menaati hukum yang berlaku, menhindari berlomba dalam kemewahan dan keserakahan. Ajaran berkurban yang telah dicontohkan oleh Nabi Ibrahim AS, kita kembangkan dengan cara baru. Yaitu menumbuh-kembangkan sifat dan sikap berkorban untuk mereka yang sedang diuji dengan kefakiran dan kemiskinan. Baik fakir ekonomi maupun “fakir politik akibat sistem politik korup.”

Penulis : Dr. HM. Busyro Muqaddas, Ketua PP Muhammadiyah
Disarikan dari Majalah Suara Muhammadiyah edisi no.17 th ke-100, hal:31-34 dalam kolom Khutbah Idul Adha.

0 komentar:

Posting Komentar