Saad bin Muadz
Kedudukan Saad bin Muadz
- Kesetiaan Saad Kepada Rasulullah
Dari Muhammad bin Amr dan al-Laits dari kakeknya berkata, “Rasulullah
berangkat menuju Badar sampai tiba di suatu tempat Rasulullah
berkhutbah di hadapan sahabatnya, lalu bertanya, ‘Bagaimana pendapat
kalian?’ Abu Bakar menjawab, ‘Wahai Rasulullah, telah sampai berita
kepadaku bahwa mereka (Quraisy) demikian dan demikian’. Kemudian
Rasulullah kembali berkhutbah, lalu bertanya lagi, ‘Bagaimana pendapat
kalian?’ Umar menjawab sebagaimana jawaban Abu Bakar. Kemudian beliau
berkhutbah dan kembali bertanya, ‘Bagaimana pendapat kalian?’ Saad bin
Muadz menjawab, ‘Wahai Rasulullah, jawaban kamikah (Anshar) yang Anda
inginkan? Demi Dzat yang telah memuliakan Anda dan menurunkan kitab
kepada Anda, jika Anda menempuh suatu tempat yang kami belum
mengetahuinya hingga Anda menuju Barku al-Ghumad di arah Yaman, pasti
kami akan menempuhnya bersamamu. Kami tidak akan menjadi sebagian dari
orang-orang Bani Israil yang berkata kepada Musa,
فَاذْهَبْ أَنْتَ وَرَبُّكَ فَقَاتِلا إِنَّا هَاهُنَا قَاعِدُونَ
“Pergilah engkau bersama Rabmu, berperanglah, sesungguhnya kami di sini duduk-duduk saja.” (QS. Al-Maidah: 24)
Kami akan mengatakan pergilah Anda bersama Rab Anda, dan berperanglah, sesungguhnya kami mengikuti.
- Saad Dijamin Masuk Surga
Saad bin Muadz adalah di antara sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang beliau kabarkan menjadi penghuni surga. Hal itu tersirat dalam sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika beliau diberi sebuah jubah dari sutra yang halus, beliau menolaknya dengan berkata,
والذي نفس محمد بيده، لمناديل سعد بن معاذ في الجنة أحسن من هذا
“Demi Dzat Yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, sungguh sapu tangan Saad bin Muadz di surga, lebih baik dari ini.”
Wafatnya
Dalam peristiwa Perang Khandaq atau Perang Ahzab, Kota Madinah
dikepung oleh sekutu-sekutu kafir Quraisy. Saad bin Muadz pun turut
serta dalam perang yang sangat sulit ini. Dalam perang itu, urat nadi
Saad disambar oleh sebuah anak panah, darah pun deras mengalir dari
tangannya. Ia dirawat secara darurat untuk menghentikan keluamya darah.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan agar Saad dibawa ke masjid, dan didirikan kemah untuknya agar ia berada di dekat beliau selama perawatan.
Dalam keadaan demikian Saad berdoa kepada Allah, “Ya Allah, jika dari
peperangan dengan Quuaisy ini masih Engkau sisakan, maka panjangkanlah
umurku untuk menghadapinya, karena tak ada golongan yang kuinginkan
untuk dihadapi lebih daripada kaum yang telah menganiaya Rasul-Mu,
mendustakannya, dan mengusirnya. Dan seandainya Engkau telah mengakhiri
perang antara kami dengan mereka, jadikanlah kiranya musibah yang telah
menimpaku ini sebagai jalan untuk menemui syahid”.
Kian hari luka yang diderita Saad pun semakin parah. Di saat-saat terakhir kehidupan Saad, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
mengunjunginya, lalu beliau meletakkan kepala Saad di pangkuan beliau
sambil bersabda, “Ya Allah, Saad telah berjihad di jalan-Mu, membenarkan
Rasul-Mu, dan telah memenuhi kewajibannya. Maka terimalah ruhnya dengan
sebaik-baiknya cara Engkau menerima ruh”.
Doa yang dipanjatkan Nabi pun mendatangkan kesejukan kepada ruh Saad
yang hendak pergi. Saat itu Saad mencoba dengan susah payah mengangkat
kelopak matanya dan mengarahkan pandangannya ke wajah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
yang sangat ia cintai, kiranya inilah perjumpaan terakhirnya dengan
beliau di dunia ini. Saad mengatakan, “Salam atasmu wahai Rasulullah,
ketahuilah bahwa aku beriman bahwa Anda adalah utusan Allah”.
Rasulullah menjawab, “Kebahagiaan atasmu wahai Abu Amr”.
Saad bin Muadz radhiallahu ‘anhu pun menghebuskan nafas terakhirnya, ia wafat di pangkuan manusia yang paling ia cintai, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ia wafat pada tahun 5 H, ketika itu usia beliau 37 tahun, dan dimakamkan di pemakaman Baqi di Madinah.
Abu Sa’id al-Khudri berkata, “Aku adalah salah seorang yang menggali
makam untuk Saad, dan setiap kami menggali satu lapisan tanah, tercium
oleh kami wangi kesturi”.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
اهتز عرش الرحمن لموت سعد بن معاذ
“Arsy Allah Ar-Rahman bergetar karena wafatnya Saad bin Muadz.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Inilah Saad bin Muadz, tokoh sahabat Anshar memeluk Islam saat beliau
berusia 31 tahun dan wafat saat berusia 37 tahun. Dalam 6 tahun masa
keislamannya, wafatnya membuat Arsy Allah Ta’ala bergetar. Semoga Allah meridhai Saad bin Muadz.
Sumber: islamstory.com
Artikel www.KisahMuslim.com
0 komentar:
Posting Komentar