Remaja dan Masa Depan Islam
Di
zaman sekarang,
pola hidup pemuda muslim sudah sangat memperhatikan. Berapa banyak pemuda muslim yang mengunjungi masjid guna
menunaikan shalat fardu dan kegiatan-kegiatan bermanfaat lainnya? Berapa banyak
pemudi muslim yang mengkaji dan menghafalkan kitabullah? Berapa banyak pemudi
muslim yang mengkaji ilmu agama? Mereka lebih senang mengahabiskan waktu luang
mereka dengan mengunjungi tempat-tempat liburan seperti Game Center, Rental Ps
atau warkop.
Padahal jika dilihat
dari sisi ekonomi, pergi ke tempat seperti itu mengeluarkan biaya dan tidak bermanfaat sedikitpun, bahkan malah membawa bencana. Sedangkan untuk pergi ke masjid, kita tidak usah mengeluarkan uang sepeserpun. Di tambah lagi kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di masjid bermanfaat, dan berpahala.
Bahkan yang lebih parah mereka mengaku islam sementara cara wudhu saja masih salah, belum lagi kalau ditanya
mengenai sirah Nabinya, para sahabatnya, padahal saat sekolah sudah diajarkan aqidah dan pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, coba mereka kita Tanya “siapa sih Abu Bakar itu ?”, siapa yang di juluki Zunnurain? .
Bahkan banyak remaja sekarang tiap pergantian tahun baru selalu mereka merayakan, bersukaria, meniup terompet, berkumpul-kumpul, lomba balapan liar yang mengganggu ketentraman masyarakat. Tahun baru yang nyata-nyata merayakan itu bukanlah tahun Islam, baik dari historis maupun pandangan umum, tapi coba lihat waktu tanggal 1 Muharram tahun Hijriyah apakah ada yang peduli terhadap tahun yang memiliki sejarah bagi orang yang beriman yang sangat berarti sekaligus sebuah sejarah perjuangan Nabi yang bukan hanya untuk diperingati namun juga sebagai sebuah ibrah yang harus kita amalkan pada setiap individu masing-masing maupun seluruhnya.
Coba Tanya pada pemuda-pemuda yang mengaku Islam yang mondar-mondar di jalanan, coba suruh menyebutkan 12 bulan dalam tahun masehi, lalu coba suruh menyebutkan 12 bulan pula pada tahun Hijriyah!! Bagaimana tidak? Tahun Masehi (nasrani) mereka hafal, namun tahun hijriyah tahun agamanya sendiri tidak tahu. Jika bulan Hijriyah saja tidak hafal, lalu bagaimana sejarahnya?
Di zaman yang serba modern ini, anak-anak semakin lupa terhadap apa yang harus dilakukan sebagai penerus bangsa, kewajiban sebagai seorang murid untuk belajar, patuh kepada guru terlebih lagi kepada kedua orang tua kurang diperhatikan. Pemuda-pemuda di zaman sekarang lebih mendahulukan berhura-hura daripada menjalankan kewajiban. Mereka tidak lagi mempertimbangkan apa yang akan terjadi setelah apa yang mereka lakukan. Padahal selain merugikan diri mereka sendiri juga dapat merugikan bangsa tempat dimana mereka tinggali.
Hal inilah paling ditakuti, dimana moral bangsa terabaikan. Banyak orang tua kurang memperhatikan kehidupan buah hatinya. Mereka cenderung memenuhi kebutuhan fisik saja, sedangkan rohani mereka terabaikan. Para orang tua sering sibuk dengan profesi mereka masing-masing. Sementara sang anak dipercayakan kepada orang yang kurang berwanang terhadap dirinya. Dan inilah yang menyebabkan sang anak hidup dengan jalan mereka sendiri tanpa arah.
Mereka tidak menyadari yang mereka lakukan adalah awal dari mulai hancurnya bangsa ini. Yang mereka tahu hanyalah mencari kesenangan untuk menghibur hati dengan tidak mempedulikan halal haramnya. Sedangkan orang tua mereka tidak mengetahui sama sekali jika kebanyakan orang tua demikian, maka nasib bangsa menjadi taruhannya. Jika moral bangsa telah tercemar
maka tiadalah damai untuk ditempati sebagai sarana kelangsungan hidup warganya.
Remaja dan Pendidikan Karakter
Menurut lickona, karakter berkaitan dengan konsep moral (moral
knowing), sikap moral (moral
felling), dan prilaku moral (moral
behavior). Berdasarkan ketiga komponen tentang kebaikan,keinginan untuk berbuat baik, dan melakukan perbuatan kebaikan.
Pergaulan bebas merupakan suatu keprihatinan yang sangat mendalam bagi suatu bangsa, dimana tulang punggung bangsa rapuh karena termakan oleh hancurnya moral. Sedangkan Moral adalah cerminan hidup bagi penegak bangsa. Pemuda adalah harapan bangsa, di pundak merekalah masa depan bangsa dipertaruhkan. Jika pemudanya hancur, maka hancurlah bangsa tersebut.
Nilai-nilai pendidikan karakter dapat ditanamkan pada anak remaja melalui kebiasaan-kebiasaan yaitu; Jujur, Toleransi, Disiplin, Kerja keras, Kreatif, Mandiri, Demokratis, Rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, Cinta tanah air, Menghargai prestasi, Bersahabat/Komunikatif, Cinta Damai, Gemar Membaca, Peduli lingkungan, Peduli social, danTanggung Jawab.
Memang menjadi salah satu tugas kita juga untuk menunjukkan pada masyarakat bahwa pemuda muslim yang diharapkan agama, bangsa dan negara adalah pemuda yang benar-benar ta’at pada Allah, yang Islamnya kaffah (menyeluruh), tidak setengah-setengah. Karena bisa jadi, pandagan masyarakat (yang diawal telah disebutkan), terhadap para pemuda muslim yang kaaffah-lah yang sebenarnya umat butuhkan. Misalnya berdua-duan antara laki-laki dan perempuan di suatu tempat yang sepi
adalah pangkal bencana dan sumber kesengsaraan. Selain itu, tindakan tersebut dapat menjadi bahan hidup yang memunculkan kesamaran dan memunculkan gosip.
Banyak dalil-dalil baik dari Al-Quran maupun hadits yang melarang perbuatan pergaulan bebas (zina). Bahkan sebagainya disertai celaan yang hina bagi pelakunya dan hukuman yang ngeri baik di dunia maupun di akhirat.
“Dan
janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan
yang kejji dan suatu jalan yang buruk”.(Q.S
Al Isra: 32).
Era globalisasi telah membuat kehidupan mengalami perubahan yang siknifikan, bahkan terjadi degradasi moral dan sosial budaya yang cenderung kepada pola-pola perilaku menyimpang.
Hal ini sebagai dampak pengadobsian budaya luar secara berlebihan dan tak terkendali oleh sebagian remaja kita. Persepsi budaya luar ditelan mentah-mentah tanpa mengenal lebih jauh nilai-nilai budaya luar secara arief dan bertanggung jawab. Tak dimungkiri pula, kehadiran teknologi yang serba digital dewasa ini banyak menjebak remaja kita untuk mengikuti perubahan ini.
Sering kali dianggap sebagai simbol kemajuan dan mendapat dukungan berarti di kalangan remaja. Kemajuan informasi dan teknologi telah membawa ke arah perubahan konsep hidup dan perilaku sosial. Pengenalan dan penerimaan informasi dan tekbologi tumbuh pesat bahkan menjadi kebutuhan hidup.
Remaja Tanggung Jawab Bersama
Kejengkelan demi kejengkelan masyarakat akhir-akhir ini semakin memuncak
terhadap tingkah laku remaja kita, yang semakin nekad dan berani. Kenakalan remaja seakan tak dapat dikontrol.
Ada beberapa faktor yang menyebakan terjadinya prilaku tersebut, antara lain;
1.Penyimpangan Sosial
Menurut James W Van der Zanden, penyimpngan sosial merupakan perilaku yang oleh sejumlah besar orang dianggap sebagai suatu hal yang tercela dan di luar batas toleransi. Penyimpangan sosial umumnya disebabkan oleh proses sosialisasi yang kurang sempurna. Retaknya sebuah rumah tangga menjadikan seorang anak tidak mengenal disiplin dan sopan santun. Hal ini disebabkan karena orang tua sebagai agen sosialisasi tidak melakukan peran yang semestinya (Bersambung)
0 komentar:
Posting Komentar